Αποτελέσματα Αναζήτησης
4 Σεπ 2023 · Setidaknya ada 5 pesan nasihat dalam pokok-pokok isi Serat Wulangreh Pupuh Gambuh, yakni: Anjuran agar berperilaku baik, bersikap jujur, mau mendengarkan nasihat orang lain, dan senantiasa belajar. Anjuran agar menjauhi sikap menyombongkan kekuatan (adigang), adigung (kekuasaan), dan kepintaran (adiguna).
- Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula & Arti Bahasa Indonesia - Tirto.ID
Dalam penelitiannya, Endang Nurhayati menyebutkan bahwa,...
- Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula & Arti Bahasa Indonesia - Tirto.ID
2 Μαρ 2022 · Dalam penelitiannya, Endang Nurhayati menyebutkan bahwa, serat Wulangreh digubah dalam bentuk Tembang Macapat. Serat ini terdiri dari 13 pupuh, yaitu Dhandhanggula, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Maskumambang, Megatruh, Durma, Wirangrong, Pucung, Mijil, Asmarandana, Sinom, dan Girisa.
24 Οκτ 2015 · TERJEMAHAN BEBAS & NASKAH ASLI “SERAT WULANG REH” Karangan : Sri Pakubuwana IV. Penyunting : Drs. Darusuprapta. Penerbit : Redaksi Majalah Minggun JAYA BAYA – Surabaya. Tahun : November 1982. Penerjemah : Pujo Prayitno. I. NYANYIAN : DHANDHANGGULA. 1.
Serat Wulangreh (bahasa Jawa: ꧋ꦱꦼꦫꦠ꧀ꦮꦸꦭꦁꦫꦺꦃ꧉) adalah karya sastra berupa tembang macapat karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta, yang lahir pada 2 September 1768. Dia bertahta sejak 29 November 1788 hingga akhir hayatnya pada 1 Oktober 1820. Naskah Wulang Reh saat ini disimpan di Museum Radya Pustaka di ...
Jika ada yang sedang bercerita dengarkan sesuai dengan apa yang dikatakan, yang baik kau ambil, yang tidak baik kau buang. Semua itu camkan dalam hatimu, jangan biasakan bertindak sebagai pemuda (nonoman merupakan isyarat pola tembang berikut, yaitu sinom).
Serat Wulang Reh Putri adalah teks Jawa yang berbahasa dan beraksara Jawa serta berbentuk tembang macapat yang terdiri atas, pupuh Mijil ( 10 pada atau bait), Asmaradana ( 17 pada atau bait), Dhandhanggula (19 pada atau bait), dan Kinanthi (31 pda atau bait). Serat Wulang Reh Putri berisi nasihat dari PB X kepada para putri-
24 Απρ 2024 · Serat Wulangreh memiliki makna didaktis, yaitu pelajaran tentang etika dan budi pekerti yang harus diterapkan dalam masyarakat. Saat menjadi Raja Kasunanan Surakarta dari tahun 1788–1820, Ingkang Sinuhun Paku Buwana IV menulis sebuah serat.