Αποτελέσματα Αναζήτησης
memahami dan menganalisis bagaimana budaya 5S diterapkan di lingkungan sekolah dalam membentuk karakter siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Penerapan metode pendidikan karakter, seperti budaya sapa, salam, senyum, sopan, dan santun (5S) menjadi salah satu strategi yang diterapkan di SMA Charitas Jakarta sebagai pembiasaan untuk membangun karakter yang tangguh pada setiap anak didik. 1. Pengembangan Kepribadian Peserta didik melalui Budaya Sekolah.
Pendidikan karakter yang paling dasar ditanamankan sejak dini khususnnya di bangku sekolah adalah budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun). Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan pendidikan karakter siswa di MTs Muhammadiyah 9 Mondokan, Sragen.
Budaya 5S, yang terdiri dari senyum, sapa, salam, sopan, dan santun, merupakan pendekatan sederhana namun efektif dalam membangun lingkungan sosial yang harmonis dan produktif. Artikel ini membahas pentingnya kesadaran diri dalam menerapkan budaya 5S di
perusahaan yaitu dengan menerapkan budaya 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke). 5S adalah metode yang berasal dari Jepang dikemukakan oleh Takashi Osada, pertama kali muncul pada tahun 1980. Menurut Osada (2002) Dampak 5S ini diharapkan untuk meminimalkan pemborosan yang ada dan mengefektifkan penyempurnaan dalam perusahaan.
pengumpulan penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa penerapan budaya sekolah 5S dan peran guru dalam mengimplementasikannya berupa kegia. Kata kunci: Budaya, 5S, Karakter, Peserta Didik. LATAR BELAKANG.
Artikel ini membahas pentingnya kesadaran diri dalam menerapkan budaya 5S di berbagai konteks, baik di tempat kerja, pendidikan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif.