Αποτελέσματα Αναζήτησης
Syamsul Arifin (1999) dengan penelitian Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa, secara khusus, berbicara tentang unsur-unsur yang membentuk kepasifan kata. Populasi penelitian ini dibatasi pada masyarakat Yogyakarta dan Solo.
Tegal dan fungsi serta makna yang muncul setelah mengalami proses afiksasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa verba dapat terbentuk melalui proses afiks. si baik itu berasal dari verba, nomina, adjektiva, adverbial, dannumeralia. Bentuk afiks verba dalam bahasa Jawa dialek Tegal adalah afiks ng-, m-, n-, ny-, di-, ke-, me-, -em-, -i, -an, -na,
Pada waktu yang lalu, penutur selalu menggunakan bahasa jsawa dalam berkomunikasi bahkanm dalam dunia pendidikan, bahasa jawa bisa dijadikan bahasa pengantar khususnya pada sekolah dasar. Sebagai alat komunikasi, bahasa Jawa juga berfungsi sebagai bahasa pengatar dalam memahami budaya-budaya jawa.
fonem suprasegmental dalam bahasa Jawa, jumlah bunyi vokal bahasa Jawa lebih banyak. Kata Kunci: Kontrastif, fonologi, morfologi, preposisi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan, pikiran. Maksud dan tujuan kepada orang lain dan selain itu bahasa
Bahasa Jawa adalah bahasa rumpun bahasa Melayu yang memiliki banyak tingkatan dalam penggunaan bahasa tersebut (Mijianti, 2017). Penggunaan tingkatan berkaitan dengan etika sebagai dasar komunikasi (Hasanah, dkk., 2015). Ada tiga tingkatan, yaitu bahasa ngoko, madya dan krama (Sukarto, 2010). Penelitian ini mengkaji verba dan nomina
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat dari suku Jawa. Dalam dunia pendidikan bahasa Jawa dimasukkan kedalam pembelajaran sekolah dasar di daerah seperti Jawa timur.
penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dari westernisasi dan eksistensi Bahasa Jawa bagi masyarakat Jawa, serta untuk mengetahui dampak akibat adanya westernisasi bahasa di mayarakat Jawa dan mencari solusi agar eksistensi Bahasa Jawa tetap terjaga.